Mengapa aku diberi nama Lana oleh Orangtuaku.
PENDAPAT SUKU NOMADEN
Dengan tulisan ini setidaknya aku dapat lebih menjelaskan bagi sahabatku yang pemalu bertanya atau akan kusampaikan kepada siapa saja yang punya waktu untuk membaca tulisanku.
Disamping itu, aku ingin belajar menulis dengan alur yang mudah dimengerti oleh para pembacanya, Minimum tanganku dan pikiranku perlu segera bergerak. Walaupun kita bukan suku nomaden, ya setidaknya sangat baik kita perhatikan pendapat suku nomaden dalam De Zahir karangan Paulo Coelho (Gramedia P.U. Jakarta 2006), dimana mereka selalu bergerak maka terbukalah jalan menuju kemajuan. Menulis merupakan pengembaraan kebabasan bagaikan kebebasan suku nomaden juga. Maka bersabarlah wahai teman-teman yang akan membaca tulisanku yang sederhana ini.
Silahkan mencoba menikmatinya.
DIMULAINYA KEBERHASILAN
Sejak aku sekolah di SD sampai SMP, aku nol besar dan tidak pernah menyadari pentingnya menjawab pertanyaan itu, malah tidak peduli bila timbul pertanyaan itu. Namun dikarena-kan aku adalah Perawat dan harus membuat laporan analisa hasil observasi pasien, maka aku merasa perlu menganalisa tentang hal sekecil apapun pada diriku karena diriku adalah pasienku juga tempat aku belajar. Sedikitnya belajar bertepa-selira dan bereaksi positif terhadap pertanyaan orang lain.
Bukankah sumber belajar adalah buku dan segala yang ada di alam ini yakni yang dapat dilihat, di dengar dan dirasa oleh panca indra kita? Aku mesti belajar dari input orang lain terhadapku. Maka aku menjadi peduli untuk menjawab pertanyaan orang lain.
SERASA SANGAT SENTIMENTIL
Kalau aku menulis saat ini berangkat dari kalimat apalah arti sebuah nama untukku, serasa sangat sentimentil. Seakan dibalik itu ada pokok masalah yang jauh lebih besar dan lebih penting. Sedangkan nama itu sendiri di pojokkan minim makna hanya sekedar susunan kata. Maka dari itu aku mendekati penulisanku dengan fokus "makna dari sebuah makna". Boleh kan aku menganggap pokok bahasannya adalah dalam kerangka kelimiahan di belakang nama itu sendiri.
Jangan-jangan malah sampai dimana keilmiahan tulisan ini. Maaf-maaf sekali lagi maaf, aku belum terpikir nilai tulisan ini. Sekali lagi hanya sekedar membiarkan jariku menari diatas tuts komputerku, hatiku berwisata melanglang menengok ke dunia fantasi menjadi ahli keperawatan sekaligus seorang calon sastrawan. Heemmm... mimpi boleh ya?
KOMENTAR SEORANG IBU APOTEKER
Betulkah namaku unik bagi pendengarnya?
Kata Papaku di dekat Dokter Spesialis Anak di Jalan Bima, Bandung tempat aku dulu sering dibawa berobat (Nama Dokter Spesialis Anaknya, bernama Dokter Oscar). Di klinik tersebut juga terdapat sebuah apotek. Saat Ibu Apoteker memangil namaku dalam surat resepku, beliau berkomentar bahwa namaku beken (keren). Beliau berkomentar tanpa mengerti diriku, maka aku mengira benar-benar dimakna-kan beken dari enaknya bunyi vokal itu.
Papaku hanya tersenyum dan tak pernah mengira akan ada yang berkomentar tentang nama putrinya ini. Semula aku sendiri hanya selewat belajar menyadari tentang tanggapan namaku, namun karena dari seringnya pertanyaan langsung atau kulihat sorot mata yang tajam saat seseorang membaca papan namaku seakan ingin menembus tulisan itu habis-habis. Maka aku tergerak untuk menyusun tulisan sederhana ini. Benar akwan, aku hanya sekedar menulis kata-kata yang keluar dari pemikiranku dalam menjawab pertanyaan dan makna namaku.
BARU SATU KALI MENDENGARNYA
Temanku menyampaikan padaku, katanya namaku tambah unik dengan kombinasi nama depanku Lana dan nama belakangku Mustika. Suku kedua ini kerap di dengar di lingkungan nama Jawa. Sedang suku pertama sangat asing. Malah temanku bilang nama 'Lana' di dengar baru satu kali di TV saat menonton film Superboy. Begitupula nama kekasih si pemeran utama Clark Kent yaitu Lana Lang. Dan juga kalau di indonesia nama puteri bintang sinetron Jihan Fahira adalah Lana juga kan.
Yang aku suka atas pertanyaan itu adalah aku berpikiran positif saja. Mereka anggap bertanya dengan rasa persahabatan yang baik. Sahabat baik adalah rahmat dan sahabat baik mendatangkan barokah kata Papaku.
WARNA KULITKU DAN MATAKU SEBAGAI SALAH SATU JAWABANNYA
Beberapa temanku lainnya mengatakan agak lumayan berteka-teki, kenapa aku diberi nama itu. Mungkin juga aneh di telinga orang Sunda maupun suku Jawa.
Nama Lana mungkin akan tepat kalau kulitku putih, mataku sipit sebagai mana anak Tionghoa. Padahal tanda-tanda fisik itu tidak ada padaku sebagai orang keturunan. Warna kulit dan mataku itu salah satu jawaban aspek alami. Aku bukanlah orang keturunan.
Mungkin jawaban itu belum memuaskan seorang peneliti, sehingga perlu merintis jawaban dengan pertanyaan yang lain. Apa wajahku penuh teka-teki wahai temanku>
PERNAH AKU DIKIRA SEORANG MUALAF
Karena aku seorang muslim, maka pernah sahabatku setelah selesai sholat berjamaah bertanya tentang namaku. Aku menduga mereka bertanya dengan alasan antara senang dan aneh. Tentunya mereka senang bila benar tebakannya bahwa aku adalah seorang Mualaf. Aneh andai kata aku seorang Mualaf menurutnya kurang afdol jika aku tidak menambah namaku dengan ciri khas islamya, misal menjadi Lana Mustika Syarifah.
Pertama kujelaskan bahwa Ayahku asli Jawa tengah, begitupula almarhumah mamaku. Agar tenan-temanku yang bertanya tadi lebih yakin bahwa aku adalah muslim sejak aku lahir, maka aku menceritakan secara singkat pada mereka bahwa alhamdulillah Papaku sudah diberi kesempatan menunaikan ibadah Haji. Bahkan bersyukur, beliau (Papaku) dapat ber-Ziarah ke Masjidil Aqsa di Palestina dan dapat melihat makam Nabi Ibrahim a.s serta mengusap Rock of Dome, batu bergantung tempat berpijak Rasulullah Nabi besar Muhamadda SAW saar Mi'Raz ke Sidratal Muntaha dan juga sangat beruntung berziarah meningkatkan Tauhid kepada Allah dengan berkujung ke 3 Masjid besar yakni Masjidil Haram di Mekkah, Masjid Nabawi atau Masjid Madinah dan Masjidil Aqsa di Palestina. Itu semua diceritakan Papakau dengan doa dan aku termotivasi mudah-mudahan nanti aku dapat berziarah ke tempat itu. Malah kakek buyutku dari Papaku meningga dan di makamkan di Madinah.
Atas jawabanku, kelihatannya mereka merasa lega. Mereka mencium pipiku sebagai luapan rasa syukur dan lega bahwa aku bukan seorang Mualaf.
SITUASI KEDUA ORANGTUAKU SAAT ITU
Mamaku melahirkanku di saat sedang bertugas belajar di kota Yogyakarta. Sedangkan Papaku tidak berada di Bandung namun Beliau sedanga ditugaskan bersekolah di Jakarta untuk persiapan melanjutkan sekolah ke Amerika. Sejak Mamaku ada gejala akan melahirkanku, maka Ayahku mondar-mandir perjalanan Jakarta-Bandung-Yogyakarta sampai aku lahir dan keluar dari Rumah Sakit tersebut.
Dikatakan Ayahku dalam sekian kali perjalan naik kereta api Yogya-Bandung dan meninggalkanku di Rumah Sakit, tiada berhentinya Papaku berdzikir ber-irama-kan bunyi-bunyi detak rel kereta api. Dalam Dzikirnya diisi doa mudah-mudahan yang di Yogya yakni Mama dan aku dilindungi keselamatannya. Dan untuk kedua kakakku di Bandung juga semoga diberi kesehatan dan keselamatan.
Aku membayangkan betapa teguh dan sabar kedua orangtuaku saat itu, sanggup dan mampu menerima tugas itu semua dalam situasi kritis sekalipun. Kata Ayahku, hanya karena Allah semata yang membimbingnya, maka tugas dan deritanya bisa diselesaikan dan dilampaui semuanya. Saat menceritakan ini, Ayahku menatap jauh, dan kelihatannya menahan air mata di depanku. Mungkin juga Papaku sambil mengenang Mamaku yang sudah jauh di surga sana.
NAMA DISUSUN SEBAGAI KENANGAN DAN HARAPAN
Papaku berkata, aku lahir dalam keadaan orang tuaku sedang menjalani Pendidikan Dinasnya. Tidak berada di Bandung, namun di kota lain.
Dalam ceritera pewayangan, tugas seorang Ksatria harus berkelana dan bertapa terlebih dulu mencari ilmu dan kesaktian sebelum dinobatkan sebagai punggawa atau pimpinan kerajaan.
Papa dan Mamaku berkelana mencari ilmu demi kepentingan tugas dinasnya dan membina kesejahteraan keluarganya. Dari kenangan keadaan dan kehendak mencari ilmu itulah, maka 'berkelana' menjadi inti yang muncul dibenak Papaku, sehingga memberi aku nama LANA. Karena merupakan rahmat dikaruniai anak yang lahir ditenah bertapa mencari ilmu, Ayahku merasa seakan diberi hadiah dari Allah yang tiada ternilai. Hadiahnya yakni sebuah 'permata' atau Mustika yang diharapkan akan menjadi orang yang berguna dan berharga membawa barokah di kemudian hari untuk semua orang di sekelilingnya.
Post Comment
Post a Comment
Hi there, thanks so much for taking the time to comment.
If you have a question, I will respond as soon as I can.
Dont be afraid to shoot me an email! If you have a blog, I will pop on by :)